- Peringatan. Tulisan ini mengandung spoiler. Tidak disarankan untuk Anda yang belum menonton dramanya.
Black Mirror-The National Anthem dan sisi gelap perubahan
Masa-masa ketika media sosial masih terasa asing belum lama berlalu. Sekarang, media tersebut telah jadi bagian dari interaksi sosial kita sehari-hari. Dunia dengan informasi yang bergerak lambat sudah hampir lenyap. Kita sedang menjalani hidup dimana informasi bergerak sangat-sangat cepat. Namun, setiap perubahan punya resiko. Inilah yang jadi isu dalam episode perdana serial Black Mirror musim pertama, The National Anthem.
Baca juga: The Human Centipede (2009): Kalah di Rating, Menang di Festival
Serial ini tayang pertama kali di Channel 4 pada tahun 2011 dan populer setelah didistribusikan kembali oleh Netlix. Serial Black Mirror sendiri adalah komedi gelap bersutan Charlie Brooker. Episode The National Anthem diarahkan oleh Otto Bathurst.
Black Mirror terbagi dalam beberapa episode yang tidak berhubungan satu sama lain. Benang merah setiap episode hanyalah tema tentang beragam kemungkinan buruk. Kemungkinan yang dapat terjadi dalam berbagai aspek kehidupan kita di masa depan.
Plot
Puteri Susannah (Lydia Wilson) dari keluarga kerajaan Beaumont diculik. Beberapa salinan video sang puteri yang tersandera beredar di Youtube. Dalam durasi sembilan menit, penontonnya telah mencapai 5000 orang. Isu tentang diculiknya puteri kesayangan warga Inggris tersebut segera menjadi trending topic di twitter.
Meski pemerintah melarang media nasional untuk meliput isu tersebut, berbagai saluran televisi internasional telah lebih dulu memberitakannya. Inggris sedang dalam masalah besar.
Apa tuntutan sang penculik? Bukan uang. Bukan tuntutan pembebasan sandera jihadis. Bukan pula tuntutan diputihkannya utang negara dunia ketiga.
Tuntutan mereka, Perdana Menteri Inggris—PM Michael Callow (Rory Kinnear), harus bersetubuh dengan seekor babi—dan adegannya harus ditayangkan langsung di televisi pada pukul empat sore.
Baca juga: A Gift to People You Hate (2019) dan Sisi Gelap Manusia
Di akhir video sandera yang beredar ada rincian soal standar-standar yang harus dipenuhi dalam adegan. Termasuk diantaranya teknik dogme 95, teknik videografi khas Von Trier (tak ada musik latar dan hanya menggunakan cahaya alami) agar lebih otentik.
Siapapun penculiknya, apapun motifnya—kasus ini merupakan kasus yang sangat sulit ditangani oleh pihak pemerintah. Tak ada jejak yang bisa dilacak—luring maupun daring. Seluruh kemungkinan buruk telah diantisipasi sang teroris.
Alhasil, hanya keberanian sang perdana menteri yang dapat menyelesaikan kasus ini. Akankah ia mengorbankan harga dirinya, atau mengacuhkan tuntutan sang penculik dan membiarkan nyawa sang puteri dalam bahaya?
Resensi
Meski bergenre komedi, sangat sulit menemukan humor dalam episode The National Anthem. Mungkin, memang di situlah sisi ‘gelap’ dari humor gelap: belajar menertawai banalnya hidup harian kita yang beranjak semakin absurd. Ketimbang menyajikan fenomena tipikal yang layak ditertawakan, kita justru disuguhi adegan-adegan tabu yang normalnya tidak etis untuk diperbincangkan.
Baca juga: Midsommar (2019), Horor Segar yang Melabrak Pakem Teror
Dari segi karakter, akting Rory Kinnear sukses memicu perasaan tidak nyaman lewat karakter seorang pejabat tinggi pemerintah dengan masalah yang benar-benar absurd. Akting dari orang-orang di sekitar pemeran utama juga berhasil melengkapi tegangnya suasana yang memang ingin dibangun sepanjang film.
Semua ketegangan itu ditopang oleh komposisi warna film yang dominan gelap. Episode pertama dari serial Black Mirror ini patut dijadikan titik berangkat untuk merefleksikan kembali dunia yang sedang kita jalani dan akan datang. Refleksi yang sangat kritis dan gelap, tentunya.
[…] Black Mirror-The National Anthem (2011): Pengantar yang Gelap Menyambut Masa Depan […]
[…] Black Mirror-The National Anthem (2011): Pengantar yang Gelap Menyambut Masa Depan […]